Pura Goa Lawah merupakan sebuah pura yang terletak di Desa Pasinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali. Perjalanan ke pura ini sekitar 40 km atau 1 – 1,5 jam menggunakan mobil atau bis ke arah timur dari Denpasar. Pura ini dikenal masyarakat karena adanya sebuah goa pada bagian utama pura ini, yang didalamnya terdapat sekumpulan kelelawar.
Goa Lawah yang artinya Goa yang dihuni oleh Kelelawar merupakan salah satu Pura Khayangan Jagat atau Sad Khayangan. Pura ini berdiri di wilayah pertemuan antara pantai dan perbukitan dengan sebuah goa yang dihuni beribu-ribu kelelawar. Lontar Padma Bhuwana menyebutkan Pura Goa Lawah merupakan salah satu kayangan jagat/sad kahyangan sebagai sthana Dewa Maheswara dan Sanghyang Basukih, dengan fungsi sebagai pusat nyegara-gunung.
Sejarah Pura Goa Lawah
Pura ini dibangun oleh Mpu Kuturan pada abad ke XI Masehi dan yang kembali di diperluas pada abad ke XV Masehi. Keberadaan Pura ini dinyatakan dalam beberapa lontar seperti Lontar Usana Bali dan juga Lontar Babad Pasek.
Pura dibangun sebagai tempat pemujaan kepada Dewa Laut (Bhatara Baruna). Umat Hindu di Bali umumnya melakukan Upacara Nyegara Gunung sebagai penutup upacara Atma Wedana atau disebut juga Nyekah, Memukur atau Maligia. Upacara ini berfungsi sebagai pemakluman secara ritual sakral bahwa atman keluarga yang di upacarai itu telah mencapai Dewa Pitara. Upacara Nyegara Gunung itu umumnya dilakukan di Pura Goa Lawah dan Pura Besakih salah satunya ke Pura Goa Raja.
Kelelawar yang menghuni kawasan ini disakralkan. Menurut kepercayaan masyarakat apabila ada yang mengganggu kelelawar tersebut akan terjadi bencana setelahnya. Keberadaan kelelawar penghuni goa lawah ini menjadi penambah kesan mistis yang ada di Pura Goa Lawah.
Pura ini juga menjadi titik fokus Perang Kusamba, sebuah perang antara Tentara Kerajaan Hindia Belanda yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Andreas Victor Michiels melawan rakyat Klungkung yang dipimpin oleh Dewa Agung Istri Kanya. Perang ini terjadi pada 24-25 Mei 1849.
Memasuki Pura
Karena merupakan lokasi religi yang suci, sehingga tamu yang datang diwajibkan menghormati adab kesopanan yang ada. Pengunjung yang datang diwajibkan memakai selendang dengan diikatkan pada pinggang, tak lupa juga harus memakai sarung. Selain itu, Anda juga wajib menjaga ketertiban, terlebih ketika ada pengunjung lain yang tengah melakukan prosesi ibadah di pura ini.
Lokasi wisata ini tak jauh dari lokasi wisata Kerta Gosa, hanya sekitar 5km timur dari Semarapura.
Harga tiket masuk adalah Rp 15.000 per orang